Masih di Lubuk Basung

Perjalan kali ini adalah perjalan kesekian kalinya ke Kota Lubukbasung.Lubukbasung adalah kota kecil dengan dominasi wilayah administratif Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Agam sendiri berdampingan langsung dengan Kota Bukit Tinggi. Pasti tau kan Kota Bukit Tinggi. Kota yang katanya pernah menjadi Ibukota Negara Kita, Indonesia. Entah bagaimana sejarahnya hingga sekarang Ibukota Negara kita menjadi Jakarta. Coba saja Ibukota Indonesia Kita di Bukit Tinggi. Pastinya kita bertambah bangga sehubungan dengan Ibukota Negara adanya di Pulau Sumatera.
Pastinya juga Presiden-presiden kita didominasi Orang-orang Sumatera bukannya orang-orang Jawa. Jejak-jejak dan napak tilas sejarah Ibukota Negara di Bukit Tinggi masih terlihat jelas. Silahkan berwisata ke Kota Bukit Tinggi. Ramenya minta ampun. Apalagi akhir pekan dan liburan panjang. Pusat keramaiannya adalah di Jam Gadang. Pasti tau dong Jam Gadang


Kembali ke Lubukbasung. Lubukbasung masih masih dinobatkan sebagai Ibukota dari Kabupaten Agam. Jaraknya dari Kota Padang sekitar 80 KM. Bisa ditempuh dengan jalan darat. Jika memilih angkutan umum bisa menaiki Lubuk Basung Espress atau dikenal dengan LBE yang terkenal dengan kecepatannya menyaingi Ultrasonik. Dibanding dengan angkutan lain LBE lebih disiplin dan pemberhentian terbatas. LBE sendiri menggunakan mesin Isuzu dengan tampilan Minibus atau kalau sering menyebutnya Mobil Jumbo. Selain LBE juga ada angkutan Travel lainnya dalam bentuk Innova atau Kijang Kapsul. Perbedaanya pada harga yang dipatok. Kalau LBE hanya Rp. 25.000.- kalau Travel seharga Rp.45.000,- dengan servis jemput dan antar sampai tujuan. Silahkan dipilih.

Masih di Lubukbasung. Terkadang lubukbasung sebagai Ibukota Kabupaten Agam kalah pamornya dengan Kota Bukit Tinggi yang notabenenya adalah Wilayah administrasi lain. Karena memang hampir sebagian masyarakat dari Kabupaten Agam lebih terkonsentrasi dipinggir Kota Bukit Tinggi. Kalau kita ibaratkan di Aceh. Mungkin persis seperti Aceh besar yang beribukotakan Jantho. Masyarakatnya yang jelas lebih ramai di Lambaro, Ulee Kareng, Kajhu, dll dibandingkan dengan Ibukotanya Jantho. Begitulah Lubukbasung, didominasi dengan penduduk yang bekerja pegawai dipemerintahan dan sebagiannya pedagang yang berdagang di pasar setempat. Mungkin diperlukan berbagai upaya pemerintah untuk menjadikan Kota Lubukbasung menjadi lebih ramai melalui pembangunan fasilitas kehidupan yang lebih baik, maju,modern, dan tentunya akses yang lebih mudah.

Masih tentang Lubukbasung. Perjalan saya kali ini ke Lubukbasung adalah masih seperti sediakala. Memberikan pelatihan, pendampingan, audit, dan sertifikasi ISO 9001:2008 untuk salah satu SKPD yang mengurus masalah penanaman modal dan perizinan. Sama seperti kegiatan saya di Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Alhamdulillah pegawai-pegawai disini antusias dan sangat komit dalam kegiatan ini sehingga pekerjaan yang saya tidak terbebani dengan tidak pedulinya orang-orang dengan kegiatan yang kami laksanakan. Mudah-mudah kegiatan ini berdampak dan memberikan energi positif bagi SKPD terkait khususnya dan bagi masyarakat Kabupaten Agam secara umumnya. Amiiin.....

Ini tentang Lubukbasung dan wisatanya. Kalau mendengar Kabupaten Agam wisatanya tentu adalah keindahan panoramanya dari Danau Maninjau. Danau dengan seribu kisah dan seribu kerambanya. Danau maninjau sendiri terletak sekitar 20 KM dari Kota Lubukbasung. Kalau kita bergerak dari Bukittinggi maka Kelok Ampek-ampek (Kelok 44) menjadi rintangan yang sangat menantang. Salah sedikit langsung patah dan bergejolak kedalam jurang. Waspada dan hati-hati melewati sini. Kelok Ampek-ampek ini bagaikan surga dan neraka. Sebelah kanan bagaikan surga dengan panorama Danau Maninjau yang tiada duanya. Tapi dilain sisi jika kita lalai dengan panoramanya ya Jurang neraka siap menunggu kita. Sebaiknya kalau mau menikmati keindahan Maninjau silahkan berhenti terlebih dahulu. Danau maninjau sendiri mempunyai kisah atau legenda yang sudah turun temurun. Yaitu legenda Bujang Sembilan. Silahkan dicari cerita legendanya di google. Saya juga kurang bisa menceritakan. Danau maninjau dulunya sangat indah. Keindahan maninjau sendiri telah dinobatkan bintang lima oleh presiden pertama kita Bung Karno. Hal ini terkenalah Maninjau dari salah satu qoutes atau pantun yang dibuat oleh Bung Karno., yaitu "Jika anda memakan pinang, Makanlah dengan sirih yang hijau. Jika anda datang ke Minang, jangan lupa datang ke Maninjau". Begitulah spesialnya maninjau dimata Bung Karno. Tapi itu dulu. Beberapa tahun belakangan perekonomian masyaratakat maninjau meningkat dan lapangan pekerjaan semakin bertambah. Ini merupakan hal yang positif tetapi sangat menimbulkan eksternalitas negatif dan kerusakan lingkungan. Tidak lain adalah perekomian masyarakat sudah mengarah ke Sektor perikanan danau yaitu dengan adanya usaha keramba ikan di sepanjang pinggiran Danau Maninjau. Ini memberikan dampak terhadap kualitas air danau yang sudah dicemari dengan pelet ikan, dan pemandangan yang kurang sedap dipandang. Semenjak ada usaha keramba, wisata bahari Danau Maninjau nyaris punah, karena pencemaran danau ini. Setidaknya usaha keramba harus sejalan dengan program pelestarian lingkungan. Misalnya izin keramba silahkan dijalankan tetapi hanya pada kawasan tertentu dan dengan jumlah tertentu pula. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. SAVE MANINJAU......





Masih dilubukbasung, untuk sarana prasarana dan fasilitas hidup sudah tersedia dengan baik. Lubukbasung memiliki pasar, rumah sakit, mesjid, perbankan, dll. Setidaknya fasilitas ini sudah mendukung kehidupan masyarakat disekitarnya terutama untuk masyarakat Kabupaten Agam sendiri. Masalahnya sekarang adalah konsentrasi penduduk Agam tidak di Ibukotanya yaitu Lubukbasung, tetapi umumnya terkonsentrasi disekitar Kota Bukit Tinggi. Inilah permasalahan utama. Memakan jarak tempuh yang jauh dan lama hanya untuk menuju ke Ibukota Kabupaten. Terutama masyarakat di Kabupaten Baso yang memakan waktu 2.5 untuk ke Ibukota Kabupaten dan tentunya melewati rintangan Hidup Mati di Kelok Ampek-ampek. Itu hanya bagi mereka yang tidak sering melewati dan tidak mengetahui aturan berlalu lintas di kelok tersebut. Bagi mereka yang sudah terbiasa tentu kelok ampek-ampek bagaikan jalan lurus saja. Untuk permasalahan ini, pemerintah kabupaten sudah berusaha misalnya dengan mendirikan kantor perwakilan untuk pengurusan izin, kependukan, administrasi pendidikan, pengurusan zakat,dll khusus untuk masyarakat Kabupaten Agam wilayah timur. Kantor ini didirikan di wilayah Kota Bukit Tinggi (belakang balok). Setidak sudah sangat membantu dalam pelayanan publik bagi masyarakat, menuju pelayanan publik yang lebih baik tentunya.

Begitulah kisah Lubukbasung dan sekitarnya. Dengan pembangunan dan pemerataan penduduk dan pemerataan pendapatan, semoga Lubukbasung makin berkembang dan menjadikannya sebagai selayak-layak Ibukota Kabupaten Agam serta memberikan efek positif bagi perkembangan Kabupaten Agam secara khusus dan Provinsi Sumatera Barat secara umumnya. Selamat datang bagi anda yang mau ke Lubukbasung dan selamat jalan bagi yang hanya melintas di Lubukbasung.

0 Response to "Masih di Lubuk Basung"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel