Diam-lah Pada Tempatnya
Tuesday, July 19, 2016
1 Comment
Setiap waktu tentu kita mengalami perubahan, mulai dari perubahan fisik, mental, pergaulan, pekerjaan, penghasilan dan lain sebagainya. Dari adanya perubahan inilah yang akan membentuk karakter kita. Dari karakter yang baik menjadi baik. salah satu karakter tersebut adalah dalam bentuk pendewasaan diri.
Tentu setiap insan memiliki pendewasaan dan fase yang dilewati umumnya sama tetapi dengan waktu dan metode yang berbeda. Terkadang seseorang menjadi lebih cepat dewasa dibandingkan orang yang setara umur dengannya. Langkah pendewasaan seseorang memiliki perbedaan tergantung dari perubahan yang didapat tersebut yaitu yang tersebut diatas meliputi fisik, mental, pergaulan, pekerjaan, penghasilan dan lain sebagainya.
Terkadang langkah pendewasaan sering dilihat hanya dari umur, tetapi juga mental. Salah satu yang sering “menunda” atau “membatalkan” kedewasaan kita adalah “ketidakmampuan” kita untuk mengendalikan emosi. Kita harus mampu mengendalikan emosi kita terhadap orang lain dengan tepat. Terkadang seseorang walaupun umurnya masih muda tetapi dengan cara pandang yang baik terhadap suatu masalah maka tentu seseorang tersebut sudah “dewasa”.
Salah satu cara agar kita tidak hanya terlihat dewasa tetapi memang benar dewasa adalah dengan cara lebih memilih “diam” dibandingkan harus meluapkan emosi atau berdebat tanpa sumber jelas atau menjelaskan sesuatu yang tidak jelas. Diam disini bukan berarti bisu atau tanpa berkata-kata selama-lamanya. Diam disini diibaratkan dengan peribahasa yang sangat tersohor yaitu “tong kosong nyaring bunyinya”. Insan yang terlalu banyak berbicara sangat mendekati bahwa tidak tau apa-apa atau menjelaskan sesuatu yang sebenarnya tidak belum tentu benar tetapi ditutupi dengan frekuensi berbicara yang sangat tinggi. Maka sebaliknya dari peribahasa yang sering kita dengat adalah “diam itu emas”. Berarti dengan memilih diam kita lebih berharga, derajat hidup kita lebih tinggi dan kita terlihat lebih dewasa. Setujukah???
Maka sekarang timbulah peribahasa baru yaitu “diamlah pada tempatnya”. Maksudnya disini adalah hindari berbicara pada saat:
1. Lawan berbicara sedang berbicara. Lebih baik kita memilih diam dan dengarkan. Hindari sesekali untuk memotong pembicaraan. Kecuali sudah selesai berbicara.
2. Hindari berbicara ketika Dosen, Guru, Ustad atau orang yang lebih tua berbicara sedang menjelaskan sesuatu. Dengan demikian kita akan lebih menghargai apa yang dijelaskan salah satunya adalah ilmu. Dengan memilih diam dan menjadi pendengar yang baik kita akan lebih dewasa.
3. Ketika ada suatu pembahasan atau pertanyaan yang kita tidak tau dan tidak dapat menjelaskannya maka lebih baik memilih diam dan cukup berikan senyuman manis. Ini akan membuat kita lebih dewasa daripada kita menjelaskan dan menjawab tetapi tidak benar tentu kita akan menjadi orang yang “sok tahu”.
Jika kita temui orang yang memiliki tipe “tong kosong nyaring bunyinya” maka cukup sekedar saja untuk ditanggapi dan walaupun kenyataannya kita lebih tau dan mampu menjelaskan. Tetapi jika apa kita jelaskan justru akan menimbulkan perhelatan suara maka jelas kita sebagai pribadi yang sudah dewasa lebih memilih “diam”. “Diam” bukan berarti tidak mampu dan tidak tau tetapi diam adalah “pilihan”.
Dengar menerapkan beberapa saran diatas kita sudah menuju menjadi pribadi yang lebih dewasa dengan menempatakan “diam” pada tempatnya dan juga “berbicara pada tempatnya. Lidah tidak bertulang, apa saja bisa diciptakan hanya dengan lidah melalui berbicara. Ketika berbicara itu bermanfaat maka lanjutkan, tetapi ketika berbicara hanya akan menambah dosa dan keburukan maka berdiamlah.
Tentu setiap insan memiliki pendewasaan dan fase yang dilewati umumnya sama tetapi dengan waktu dan metode yang berbeda. Terkadang seseorang menjadi lebih cepat dewasa dibandingkan orang yang setara umur dengannya. Langkah pendewasaan seseorang memiliki perbedaan tergantung dari perubahan yang didapat tersebut yaitu yang tersebut diatas meliputi fisik, mental, pergaulan, pekerjaan, penghasilan dan lain sebagainya.
Terkadang langkah pendewasaan sering dilihat hanya dari umur, tetapi juga mental. Salah satu yang sering “menunda” atau “membatalkan” kedewasaan kita adalah “ketidakmampuan” kita untuk mengendalikan emosi. Kita harus mampu mengendalikan emosi kita terhadap orang lain dengan tepat. Terkadang seseorang walaupun umurnya masih muda tetapi dengan cara pandang yang baik terhadap suatu masalah maka tentu seseorang tersebut sudah “dewasa”.
Salah satu cara agar kita tidak hanya terlihat dewasa tetapi memang benar dewasa adalah dengan cara lebih memilih “diam” dibandingkan harus meluapkan emosi atau berdebat tanpa sumber jelas atau menjelaskan sesuatu yang tidak jelas. Diam disini bukan berarti bisu atau tanpa berkata-kata selama-lamanya. Diam disini diibaratkan dengan peribahasa yang sangat tersohor yaitu “tong kosong nyaring bunyinya”. Insan yang terlalu banyak berbicara sangat mendekati bahwa tidak tau apa-apa atau menjelaskan sesuatu yang sebenarnya tidak belum tentu benar tetapi ditutupi dengan frekuensi berbicara yang sangat tinggi. Maka sebaliknya dari peribahasa yang sering kita dengat adalah “diam itu emas”. Berarti dengan memilih diam kita lebih berharga, derajat hidup kita lebih tinggi dan kita terlihat lebih dewasa. Setujukah???
Maka sekarang timbulah peribahasa baru yaitu “diamlah pada tempatnya”. Maksudnya disini adalah hindari berbicara pada saat:
1. Lawan berbicara sedang berbicara. Lebih baik kita memilih diam dan dengarkan. Hindari sesekali untuk memotong pembicaraan. Kecuali sudah selesai berbicara.
2. Hindari berbicara ketika Dosen, Guru, Ustad atau orang yang lebih tua berbicara sedang menjelaskan sesuatu. Dengan demikian kita akan lebih menghargai apa yang dijelaskan salah satunya adalah ilmu. Dengan memilih diam dan menjadi pendengar yang baik kita akan lebih dewasa.
3. Ketika ada suatu pembahasan atau pertanyaan yang kita tidak tau dan tidak dapat menjelaskannya maka lebih baik memilih diam dan cukup berikan senyuman manis. Ini akan membuat kita lebih dewasa daripada kita menjelaskan dan menjawab tetapi tidak benar tentu kita akan menjadi orang yang “sok tahu”.
Jika kita temui orang yang memiliki tipe “tong kosong nyaring bunyinya” maka cukup sekedar saja untuk ditanggapi dan walaupun kenyataannya kita lebih tau dan mampu menjelaskan. Tetapi jika apa kita jelaskan justru akan menimbulkan perhelatan suara maka jelas kita sebagai pribadi yang sudah dewasa lebih memilih “diam”. “Diam” bukan berarti tidak mampu dan tidak tau tetapi diam adalah “pilihan”.
Dengar menerapkan beberapa saran diatas kita sudah menuju menjadi pribadi yang lebih dewasa dengan menempatakan “diam” pada tempatnya dan juga “berbicara pada tempatnya. Lidah tidak bertulang, apa saja bisa diciptakan hanya dengan lidah melalui berbicara. Ketika berbicara itu bermanfaat maka lanjutkan, tetapi ketika berbicara hanya akan menambah dosa dan keburukan maka berdiamlah.
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
ReplyDeleteSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^