MENAPAKI PUNCAK BUKIT JALIN, UNTUK APA? DEMI APA?

Bukit Jalin sangat sering terdengar pada tahun 2010. Bukit Jalin sangat terkenal luas kala itu dan menjadi pemberitaan di media cetak dan elektronik yang sangat hangat dikarenakan menjadi sarang dan tempat latihan bibit teroris. Kesan negatif pun sangat erat dengan bukit yang indah ini. Sudah pasti orang-orang tidak akan mau ke Bukit Jalin karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan menjadi “wilayah hitam” kala itu.





Kini di Tahun 2016 kesan negatif itu sudah hilang digantikan dengan kesan positif dan menjadikan tempat salah satu tempat wisata baru yang menyajikan keindahan view panorama landscape yang sungguh sangat biasa aja bagi kita yang belum pernah kesini dan menjadi sangat luar dan penuh cerita bagi kita yang telah kesini.


Bukit Jalin terletak di Desa Jalin Kota Jantho yang terkenal kesepiannya yang merupakan Ibukota dari Kabupaten Aceh Besar. Sekitar 15 KM dari Pusat Kota Jantho dan sekitar 60 KM dari Kota Banda Aceh dengan memakan jarak tempuh sekitar 1,5 Jam. 

Perjalan kami ini diawali dari rencana untuk mengunjungi salah satu wisata air terjun di kawasan kota Jantho juga. Tetapi karena satu dan lain hal kunjungan tersebut dibatalkan. Sehingga timbul ide lain untuk mengunjungi tempat yang ada di kawasan Jantho juga yaitu ke Bukit Jalin. Kesan pertamanya pasti bukit biasa dengan panorama alam dari atas bukit tanpa ada pendakian apapun. 

Perjalanan kami pun dimulai dengan berjumlah 8 orang dan mengendarai 4 sepeda motor. Perjalanan dari Banda Aceh sekitar pukul 12.00 menuju Jalan Banda Aceh. sampai di kawasan Aneuk Galong berhenti sejenak untuk mengisi BBM selanjut di Samahani berhenti sejenak untuk membeli makanan yang akan kami santap di tujuan. 

Ternyata tidak sulit menemukan Bukit Jalin ini, dikarenakan satu orang dari tim kami sudah “mampu” dan pernah kesini. Untuk menuju kesini sangat mudah. Dari gerbang “Selamat Datang di Kota Jantho” terus saja kira-kira 10 KM sampai Bundaran Sp. 5 Kota Jantho. Dari situ terus saja kira-kira 5 KM dan berbelok kanan setelah Kantor Bupati Jantho. Terus saja kira-kira 10 KM nanti banyak petunjuk arah yang akan ditemui hingga kita menemukan sebuah jembatan baja. Disinilah pemberhentian terakhir untuk parkir kendaraan bermotor. 

Biasanya dihari libur banyak wisatawan lokal yang kesini. Berrhubung kami datangnya dihari sabtu tidak ada wisatawan lokal yang datang kecuali kami. Sehingga di parkiran sangat sepi. Disini kita akan dikutip biaya parkir seharga Rp.5000 – Rp.7000 per sepeda motor. Setelah parkir sepeda motor dengan baik dan mengisi perut dengan makanan yang kami beli di Samahani tadi, kami siap untuk mendaki gunung dan lewati lembah Bukit Jalin. 

Cuaca dan sengatan matahari sangat panas ketika kami mendaki pukul 2 siang. Pendakian dimulai dengan bukit yang sangat menanjak. Jangan lupa persiapkan air minum karena pendakian di siang hari ini sangat menguras tenaga dan keringat. Untuk menuju puncak kami harus melewati sekitar 5 anak bukit hingga ke Puncak Bukit Jalin. Pendakian penuh tantangan selain matahari yang terik, tingkat kecuraman, dan kurangnya persiapan. Karena diawal kami mengira Bukit Jalin itu tanpa pendakian ternyata penuh pendakian sekitar 1 Jam.

Setelah melewati sekitar 3 anak bukit, kami beristirahat di bawah pohon yang kala itu sangat membantu dan berlindung dari sengatan matahari siang bolong. Istirahat kami ini terasa lama karena ada beberapa teman-teman yang sudah hampir menyerah untuk mencapai puncak. Keringat bercucuran dan nafas sudah “ngos-ngosan” karena sangat kelehan dan rasa mual dan ingin muntah juga sudah menghampiri. Sehingga kami membagi 2 Tim. Tim 1 masih kuat dan sudah sampai ke puncak. Sedangkan Tim 2 masih mengumpulkan nafas dan tenaga untuk mencapai ke puncak yang tinggal beberapa langkah lagi. Bahkan terdengar keluh kesah “kita sampai disini aja, gak usah sampai puncak”. Tetapi karena motivasi yang kuat dan “untuk sesuatu” dan “demi sesuatu” akhirnya sisa nafas ini dikonversikan ke energi untuk menang dan akhirnya bisa sampai ke puncak. Syukurlah, dan kami hanya bingung dan masih memikirkan energi untuk bisa turun dari puncak yang setinggi dan securam ini. 

Akhirnya setelah bertarik ulur dengan rasa sangat lelah terbayarkan dengan pemandangan dari atas Puncak Bukit Jalin ini. Inti Puncak Jalin ini ditandai dengan sebuah batu besar yang berdampingan langsung dengan jurang yang menuju ke sungai indah berkelok dibawahnya.

Mendaki Puncak Bukit Jalin harus dilakukan dengan super hati-hati. Mengingat kondisi bukit yang sangat terjal. Bayangkan saja kita lengah sedikit bisa terguling gelinding dari atas ke bawah dan sanggut diantara pohon dan semak-semak atau lebih ekstrimnya bisa jatuh sungai. Kerjasama dan kekompakan Tim sangat diperlukan agar bisa sampai ke Puncak. Kebersihan dan keindahkan Puncak Bukit Jalin harus kita jaga bersama. Maka sampah yang kita bawa harus kita bawa pulang kembali.

Lantas sudah sampai dipuncak, apa yang harus kami lakukan?

Perjuangan menuju puncak ini harus diabadikan dengan sekedar berfoto gembira dan ber-sefie ria. Menikmati pemandangan seakan terlewatkan dan sesi foto-foto yang dilakukan dengan berbagai gaya dan dari dengan berbagai “angle”. Jangan lupa persiapan untuk kamera, HP, dan lensa yang mendukung foto-foto disini. Kalau tidak berfoto-foto dan berselfie ria disini sudah pasti perjalanan kami sia-sia dan hanya kelelahan yang ada. Selain berfoto yang akan menjadi cerita adalah kebersamaan yang tidak tertuliskan dan menjadi suatu cerita yang indah untuk kapanpun diceritakan.

Kalau dipikir-pikir untuk apa sebenarnya ke Puncak Bukit Jalin ini. Jelas banyak bukit lain yang jauh lebih indah dari sini, aksesnya juga mudah dan tanpa pendakian. Masih berpikir untuk apa “cari capek” untuk ke Bukit Teroris ini. Dari pada kesini jumpa teroris bukankah hari libur kita bisa kita gunakan untuk ke Mall atau sekedar “ngopi sanger arabika”, jelas lebih mudah, murah, tidak beresiko dan tidak bikin lelah. Masih bertanya untuk apa sih ke Puncak Bukit Jalin??? Demi apa???

Jawabannya, ke Puncak Bukit Jalin untuk menikmati alam dengan cara kami sendiri, menikmati terjalnya bukit yang tidak kita temui di “rumah kita” dan menjalin kebersamaan dan kekompakan dan menjadikan sebuah cerita yang lucu, sedih dan bahagia yang tertulis dan sedang kita baca sekarang di Blog ini dan siap dibagikan kapanpun. Menikmati indahnya Puncak Jalin dengan kisah lelah yang berakhir bahagia diatas puncak. Semua lelah telah menjadi tawa karena berhasil mencapai puncak. Selanjutnya demi apa semua ini? hanyalah demi “foto dan selfie ria” dan menjadi ajang untuk ber-eksistensi diri.

Demikian dan main-mainlah ke Puncak Bukit Jalin.


















1 Response to "MENAPAKI PUNCAK BUKIT JALIN, UNTUK APA? DEMI APA?"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel