MLM kah, MMM kah, tapi tetap sama saja



Dunia bisnis internasional selalu mengalami perkembangan. Mulai dari jenis usaha pertanian, perkebunan, keuangan, perdagangan, perbankan, investasi atan penanaman modal, dan lainnya. Dari beberapa jenis usaha ini juga terus mengalami perkembangan dan inovasi yang tinggi.

Mulai dari jenis produknya hingga pemasarannya. Kita misalkan pertanian, pada era dulunya pertanian adalah bercocok tanam pada lahan yang tersedia sesuai dengan tanaman yang akan kita tanam. Tetapi pada era seperti sekarang ini para ilmuwan mulai dan sudah berpikir bagaimana bisa bertani diatas kertas. Selanjutnya jika kita lihat pada jenis usaha perdagangan juga sudah mulai beragam. Apapun bisa dijual dan apapun bisa dibeli. Mulai dari perdagangan kebutuhan pokok untuk dikonsumsi hingga perdagangan manusia yang bisa dilacuri. Beginilah adanya semakin maju zaman maka semakin variatif produk akhir yang dihasilkan. Hal ini tidak terlepas dari menyambung nyawa kehidupan manusia dan nafsu keduniawian lainnya.

Produk dan jasa adalah suatu hasil dari adanya proses produksi. Produk dan jasa sudah dihasilkan, maka kita mencari bagaimana produk dan jasa yang dihasilkan bisa terjual dan berguna bagi para konsumen. Dalam hal ini tugas marketer yang berusaha agar produk dan jasa terjual dan mendapatkan keuntungan daripadanya. Dalam melaksanakan proses marketing ini lah muncul berbagai jenis atau teknik dalam menjual produk dan jasa. Misal dengan menawarkan harga yang lebih murah, melakukan lobi sana lobi sini, pembeli dan penjual bekerjasama agar bisa mendapatkan fee dari produk dan jasa yang dihasilkan, dan yang paling repot dan kejam itu ya Marketing dengan sistim Multi Level Marketing atau disingkat dengan MLM yang bagi saya sungguh sangat repot mengejanya.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, MLM sudah mendunia. Entah siapa penemunya (memang saya tidak mau tau siapa penemunya), entah siapa yang benar-benar dibuat untung olehnya, dan pasti saja entah berapa kepala yang sudah dicuci otaknya dibalik semua kerugian yang dideritanya. Prinsip yang bisa saya ambil dari metode MLM ini adalah marketer akan merasa untung jika benar serius menjalani bisnisnya, membeli dan menggunakan produknya, dan pinter membual kepala calon jaringan yang akan direkrut. Memang tidak malu saya akui saya adalah salah satu korban dan mengikutinya tidak serius. Tapi ini lah beruntungnya saya dibandingkan teman-teman dan orang-orang sekitar saya yang kerugian angka rupiahnya jauh dari angka kerugian saya. Niat awal saja sudah salah, mengikuti MLM bukan untuk menjual produk tetapi hanya mencari jaringan atau calon korban berikutnya.


Berbagai macam gaya MLM yang ada. Produknya juga beragam. Mulai dari produk kesehatan, pulsa elektrik, alat elektronik, dan  lain-lain. Secara halus saya akui memang produk yang dijual berkualitas bagus. Ini saya dengar sendiri dari temanya teman saya yang sembuh atas izin Allah melalui perantara obat yang dijual. Beliau pernah mengatakan sebelum mengkonsumsi obat tersebut beliau sakit dan istialah beliau menyatakan dirinya seperti mayat hidup. Hidup tetapi tidak bisa melakukan kegiatan apa-apa. Tapi setelah mengkonsumsi produk MLM itu atas izin Allah beliat sehat. Begitulah testimoni positif beliau yang saya petik. Tetapi beliau tidak menjual produk kepada saya. Itu salah satu kualitas produk yang saya akui. Tetapi ada juga seorang anak bisa dikatakan mahasiswa mengikuti program MLM, mendaftar menjadi member, membeli produk yang sebenarnya tidak dibutuhkan bagi kesehatannya, mengajak teman-temannya untuk ikut dengan modal kata-kata menginformasikan usaha untuk sukses. Tetapi apa yang terjadi, memang dari awal sudah tidak serius sehingga keanggotaan menjadi sia-sia, korbannya adalah teman-teman sendiri. Sungguh ironi. Kejadian ini juga yang saya alami yaitu modus teman lama meminta nomor hp yang ujung-ujungnya EM-EL-EM, entah apa yang ada dipikirannya bermimpi untuk kaya seperti membalikkan telapak tangan, bermimpi punya kapal pesiar tetapi seperti membeli kacang goreng. Sungguh otak-otak mereka sudah dicuci untuk mengejar duniawi. Ingin rasanya menjumpai beliau dan bertanya, “Parkir dimana kapal pesiarnya?”, dan penasaran saya akan jawabannya.

Berikutnya cara yang tidak suka dan tidak lazim juga dilaksanakan oleh para member EM-EL-EM setengah matang ini. Mulai dari bermimpi sampai ke planet saturnus hingga bual-bualan yang tak pandang bulu. Pernah saya mendengar seorang member MLM setengah matang yang sangat bangga telah melakukan presentasi produk kesehatan china kepada anak-anak SD. What?? Apa yang mereka cari. Uang dari mana anak SD untuk mendaftar keanggotaan mereka. Bagaimana mereka berdagang sedangkan mereka saja belum baligh. Sungguh sangat perbuatan coba-coba tapi bangga.
Kejadian lainnya pernah keluarga saya alami. Mendapatkan undangan “Seminar kesehatan GRATIS” pada salah satu hotel di Kota Banda Aceh. Ya, karena gratis banyak yang datang. Tetapi ujung-ujungnya seperti dugaan saya. Tidak jauh dari MLM dan sejenisnya. Banyangkan saja jika judul acaranya “seminar MLM Tit Tut GRATIS” dijamin tidak ada yang datang. Bisa saya simpulkan walau saya tidak hadir, pembahasannya tidak jauh dari menakuti-nakuti orang sehat dan membuat down orang-orang sakit. Seharus orang sakit diberikan semangat agar mereka lekas sembuh tetapi memberi argumen kalau penyakit mereka adalah penyakit paling mematikan di dunia. Apa apaan ini. Sungguh tidak manusiawi menurut saya.

Dan akhirnya beberapa hari terakhir saya mendengar istilah baru. MMM (em-em-em), sungguh bosan mengucapkannya. Entah apa singkatannya saya tidak peduli. Katanya sih bermakna Manusia Membantu Manusia. Sistem yang dijual adalah transfer-transferan ke orang-orang gak kita kenal dan menerima transferan dari orang-orang yang  juga tidak dikenal dengan modus komisi 30%. Kurang lebih ini adalah cara-cara instan yang masih diragukan ke-halan-an dan ke-haram-annya. Cara memikatnya juga tidak jauh dengan cara em-el-em mulai dari ngitung-ngitung pengeluaran perbulan, membuat statement dengan pendapatan segini kita tidak bisa hidup dimasa depan, menakuti-nakuti besarnya pengeluaran dimasa depan, dan pastinya ujung-ujung mencari korban yang bisa diambil dari terdaftarnya member mereka. Dari referensi yang saya baca. Hati-hati saja ini salah satu penipuan yang manis diawal, membuat gila diakhir.

Apapun namanya MLM atau MMM atau ada istilah barunya, berusahalah secara serius.  Jualah produk layaknya menjual dipasar dan tidak ada pemaksaan. Tidak memaksa orang yang tidak butuh untuk menjadi member MLM. Tidak merendahkan usaha atau pekerjaan yang temannya kerjakan. Tidak ada cara instan untuk menjadi kaya semuanya butuh proses. Selalu merasa cukup agar tidak merasa kekurangan, lihatlah ke bawah jangan lihat ke atas. Apapun pekerjaan kita asalkan itu halal insyaAllah memberikan keberkahan bagi kita dan orang-orang disekitar kita. Dan ketika ada rezeki berbagilah, bersedekahlah, ini lebih mulia daripada kapal pesiar dan 30% itu.

2 Responses to "MLM kah, MMM kah, tapi tetap sama saja"

  1. aku pernah mengikuti hal bisnis yg begituan..ujung2 nya kita rupanya yg menjadi target penjualan produk..banyak menghabiskan uang untuk beli produk dan mengikuti seminar dmn2 ujung2nya hanya memperkaya top leader.....haha...nyerah wak merasa dibodohi sistem...

    ReplyDelete
    Replies
    1. bereh that. itu masa lalu. saya juga mengalaminya...

      Delete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel