“FAKTA” DAN “OPINI” TENTANG ACEH

Opini dan Fakta tentang Aceh
Aceh merupakan salah satu Provinsi yang terletak di Ujung Pulau Sumatera yang merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagai daerah yang mendapat tittle “Istimewa”, Aceh telah mengalami beberapa kali pergantian nama pemerintahannya.
Mulai dari Daerah Istimewa Aceh (D.I. Aceh), Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), dan sekarang menjadi Pemerintah Aceh. Penyesuaian nama ini erat kaitannya dengan kondisi dan siapa pemimpinya saat itu. Apapun nama propinsinya tetap ACEH masih menjadi unsur utamanya.




Sebagai suatu daerah yang jauh dari Ibukota Negara, terkadang orang jarang untuk merencanakan kunjungannya ke Aceh. Akan tetapi umumnya masyarakat luar Aceh akan ke Aceh apabila ada Tugas Khusus atau ada sanak saudaranya atau sesekali untuk kunjungan dengan tujuan ber-wisata. Sehingga bisa dikatakan Aceh bukan suatu daerah tujuan wisata utama, begitu opini awalnya. Ditambahkan dengan pemberitaan di Media baik Televisi, Surat Kabar, Internet, dan Media Sosial. Seakan-akan pemberitaan tentang Aceh berunsur negatif melulu. Misalnya tentang perang, ganja, kebijakan yang aneh-aceh, kriminal, dan ke”pungo’an lainnya. Selain dari itu berita yang bernilai positif dulunya sangat jarang ditampilkan. Tetapi saat ini sudah mulai sehingga sedikit demi sedikit citra negatif itu terhapuskan. Padahal ribuan berita baik di Aceh yang layak untuk diberitakan. Seperti tentang budayanya, makanannya, wisatanya, dan prestasi-prestasinya.


Berawal dari berita-berita inilah akan terus mencitrakan tentang Aceh sehingga menimbulkan opini-opini publik orang luar Aceh yang terus terang sangat berpengaruh terhadap citra Aceh sendiri. Orang tidak akan mengerti Aceh jika belum pernah ke Aceh dan umumnya hanya termakan dan tertelan opini saja tanpa menelisik apa fakta-fakta sebenarnya. Apa saja fakta dan opininya, berikut diuraikan satu persatu.

Opini yang pertama adalah “gak berani ke Aceh takut perang dan GAM”. Dahulu kala memang iya. Ketika masih terjadi goncatan senjata antara NKRI VS GAM. Dahulu mungkin kalau mau lihat orang perang sangat mudah tetapi sekarang kita semua sudah tau. Aceh sudah damai sejak adanya kesepakatan damai antara NKRI dan GAM yang difasilitasi oleh negara Finlandia tepatnya di kota Helsinki. Maka semenjak saat itu perang udah usai dan Aceh sudah sangat aman dan sangat tentram.

Opini selanjutnya adalah “Orang Aceh pemalas, kerjaannya di warung kopi aja” Memang iya, Aceh dikenal dengan “Negeri 1001 Warung Kopi. Orang Aceh terutama kaum Agam hampir banyak menghabiskan waktunya di Warung Kopi. Pagi, siang, malam, ke pagi lagi. 

Tapi ini penjelasannya. “Ngopi” adalah sudah menjadi kebudayaan yang sudah mendarah daging bagi Kaum Agam Orang Aceh. Jadi wajar saja waktu banyak dihabiskan di “Keude Kupie”. Lantas kapan kerjanya, kapan mencari rezekinya untuk dirinya, keluarga, dan anak istrinya. Silahkan perhatikan, mereka-mereka yang duduk di “Keude Kupie adalah orang-orang pekerja dan “berpenghasilan”, jika tidak ada penghasilan tentu mau dibayar dengan apa kopi yang diminum. Jadi begini, “Keude Kupi” merupakan tempat berkumpul, berdiskusi, tempat bekerja, dan tentu tempat mengisi perut. Hampir sebagian mereka yang menghabiskan diwarung kopi adalah dalam rangka untuk bekerja, menjalin jaringan, dan tempat berdiskusi untuk menemukan ide-ide brilian demi membangun bangsa. “Memang kenapa harus di warung kopi??”. Lihatlah Aceh terutama kota Banda Aceh yang sangat sedikit tempat-tempat yang layak dijadikan tempat hiburan atau tempat-tempat keramaian. Karena “tidak adanya” tempat hiburan ini maka warung kopi menjadi tempat yang lebih dari tempat hiburan apapun bagi warga disini. Kini warung kopi-pun bukan hanya menjadi “milik” kaum Agam saja. Tetapi silahkan saja siapapun layak ke warung kopi asal “pas tempat” dan “pas waktunya”. Anak-anak, Ibu-ibu, Anak Gadis, Remaja, Mahasiswa-mahasiswi silahkan saja.

Opini selanjutnya adalah “di Aceh banyak Ganja”. Saya membayangkan seperti opini ini seperti membayangkan kalau Ganja itu sangat banyak di Aceh dan bebas diperjualbelikan layaknya penjual sirih di depan Mesjid Raya Baiturrahman. Padahal sesungguhnya kita cari satupun tidak kita temukan. Ganja tetap menjadi tumbuhan yang illegal di Aceh. dikarenakan pemberitaan, misalnya “100 Kg Ganja Asal Aceh diamankan di Bandara Soekarno Hatta” atau “Bea Cukai KNIA berhasil Menggagalkan Ekspor Ganja”. Ketika kita baca detail beritanya lagi-lagi ganja asal Aceh. Dikarenakan pemberitaan seperti inilah yang mengidentikkan kalau ganja dan Aceh. Mungkin karena kesuburan tanah Aceh sehingga layak untuk menanam ganja. Inilah ulah segelintir warga yang menyalahkan penggunaan daun “ajaib” ini. Kalau boleh saya katakan Ganja itu “ditanam di Aceh, dijual di luar Aceh”. Karena memang Ganja di Aceh itu tidak se-eksis ketika Ganja ada diluar Aceh, dan sebenarnya pun Ganja itu merupakan bumbu rahasia untuk membuat masakan dan makanan menjadi “super lezat”.

Demikian opini-opini yang seharusnya diluruskan dengan fakta-fakta yang ada. Sehingga tidak terus menjadi opini-opini salah. Demikian pun media silahkan melirik fakta-fakta apa yang layak diberikan dari negeri Aceh ini. Berikutnya juga tidak menjadi alasan alasan misalnya ketika ditugaskan kerja di Aceh, tetapi sudah keduluanan takut dengan opini-opini yang ada. Padahal Aceh adalah negeri yang indah dan menjadikan daerah yang sulit untuk dipalingkan. Selanjutnya bagi Anda yang mau ke Aceh silahkan melirik fakta yang ada jangan menelan opini yang sudah ditelan orang lain. “Tajak Beutroh Takaloen Beudeuh, Bek Rugoe Meuh Saket Hate. Lihat dan datanglah ke Aceh, tentu tidak seperti yang kalian pikirkan.

1 Response to "“FAKTA” DAN “OPINI” TENTANG ACEH"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel