Hai pembaca, pernahkah kamu terpikir bahwa saat kita mengurus dokumen atau menunggu layanan publik, hati kita rasanya lebih banyak dibikin ngos-ngosan daripada senang? Iya, kepingin merasa dilayani, yang ada hanya berjibaku dengan antrean panjang, birokrasi njelimet, hingga rasa frustrasi yang bisa bikin hari kita berantakan. Padahal konsep dasar Public Service (pelayanan publik) seharusnya menempatkan warga sebagai subjek yang dilayani, bukan sebagai objek penderita. Dalam opini santai tapi tetap ngena ini, kita akan membedah kenapa pelayanan publik sering berubah menjadi penderitaan, dan bagaimana seharusnya kita membalikkan paradigma itu—dengan sentuhan teori yang ringan namun bermakna. Mari kita awali terlebih dahulu, apa itu Pelayanan publik? Kita kupas teorinya dulu sedikit. Dimana Menurut Lester Salamon (2002) dalam teorinya tentang pemerintahan modern, adalah serangkaian aktivitas yang diselenggarakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar warga. Sederhananya, dari urusan KT...